Suasana pertemuan antara perwakilan dari masyarakat 7 Suku dengan pihak YPMAK dan Perwakilan PT Freeport Indonesia yang berlangsung di Swiss Bellin Hotel, di Timika Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, Rabu (17/4/2024)/Foto : sumber dari Tim Masyarakat 7 Suku
TIMIKA, (taparemimika.com) – Pertemuan yang digelar di Swiss Bellin Hotel Timika, pada Rabu (17/4/2024) kemarin terkait evaluasi oleh YPMAK tentang pengelolaan dana 1% yang sempat terjadi ketegangan, berakhir dengan diterimanya tuntutan atau aspirasi oleh asyarakat Tujuh Suku kepada PT Freeport Indonesia melalui Yayasan Pengembangan Masyarakat Adat Amungme-Kamoro (YPMAK).
Setelah diserahkannya aspirasi kepada YPMAK tersebut, masyarakat yang mengatas namakan masyarakat tujuh suku akhirnya membatalkan rencana aksi demo ke kantor YPMAK yang rencananya digelar pada Kamis (18/4/2024) hari ini.
Walaupun aksi demo dipending, namun masyarakat tujuh suku tetap mengancam akan melakukan aksi demo bila aspirasi dan tuntutan mereka tidak dijawab atau tidak sesuai dengan keinginan masyarakat.
“Masyarakat sepakat menunda aksi demo sambil menunggu proses negosiasi dengan Freeport dan YPMAK. Jika negosiasi gagal maka akan ada aksi demo besar. Kita mau rencana demo tanggal 18 April (hari ini-red) tidak jadi karena kami memilih melakukan jalur audens. Dan pihak YPMAK dan PT Freeport Indonesia merespon dengan memfasilitasi kita bertemu,”ungkap Sekretaris Tim Masyarakat 7 Suku, Antonius Kemong kepada www.taparemimika.com, Rabu (17/4/2024).
Dijelaskan Antonius Kemong, bahwa apa yang menjadi aspirasi 7 suku untuk evaluasi terhadap YPMAK sudah diserahkan, dan pihak YPMAK selanjutnya akan mempelajari selama dua minggu. Setelah mereka pelajari selanjutnya akan memanggil kita lagi untuk menyampaikan jawaban dari tuntutan masyarakat.
“Apa yang menjadi aspirasi dari 7 suku untuk evaluasi YPMAK kita sudah serahkan, dan setelah mereka pelajari selama dua minggu, baru mereka akan memanggil kita lagi untuk diskusi serta untuk kita mendengarkan jawaban dari mereka. Makanya kami sengaja cansel demo, kalau paksa turun demo akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena mobilisasi massa akan besar. Sehingga kita memilih alternatif dengan audensi”aku Antonius Kemong.
Lanju kata Antonius, aksi demo sebenarnya sudah kami rencanakan 18 April. Namun pihak YPMAK dan Freeport mau audens sehingga kita hargai itu.
“Karena mereka mau mendengarkan keluhan atau aspirasi masyarakat melalui audensi sehingga rencana aksi demo dan gembok kantor LPMAK batal dilaksanakan, dan aspirasi secara tertulis sudah kami serahkan kepada YPMAK. Dan prinsipnya kami menunggu jawaban dan kami menunggu untuk bertemu kembali guna mendengarkan jawaban,”katanya.
Namun Antonius Kemong memastikan, bila negoisasi nantinya atau tuntutan masyarakat 7 suku yang sudah diserahkan tidak dikabulkan sesuai permintaan atau alasan yang tidak bisa diterima, maka aksi demo dengan jumlah massa yang besar tetap akan digelar.
“Kalau permintaan kami atau aspirasi tidak diterima, yah pasti masyarakat akan turun demo. Dan aksi demo tersebut sebenarnya sudah tidak bisa terbendung, namun karena aspirasi mau dipelajari sehingga demo kita pending dan masyarakat sudah siap turun. Kita berharap Freeport dan YPMAK bisa evaluasi dan lihat kembali tuntutan kita,”pungkasnya.
Pada pertemuan yang digelar di Swiss Bellin Hotel Timika di Jalan Cendrawasih pada Rabu (17/4/2024) kemarin, sempat terjadi adu mulut dan ketegangan antar utusan masyarakat 7 Suku dengan pihak YPMAK. Dalam pertemuan tersebut selain dihadiri perwakilan masyarakat 7 suku, dihadiri pula oleh pihak YPMAK dan Perwakilan PT Freeport Indonesia yang diwakili oleh Departemen Social Lokal & Development. (tm1)